PanggilTukang – Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan akan berakhir pada Mei mendatang. Itu artinya, masih ada waktu kurang lebih dua bulan lagi untuk mempersiapkan datangnya musim kemarau. Lalu, kenapa datangnya musim kemarau harus benar-benar disiapkan? Kebanyakan dari kita banyak yang kaget akan peralihan musim ini. Dari yang sebelumnya musim hujan identik dengan dingin, diganti dengan musim kemarau yang cenderung berhawa panas dan kering. Maka dari itu, bukan satu hal yang mengherankan jika permintaan penyejuk ruangan seperti air conditioner (AC) semakin banyak.
Nah, bagi kalian yang sudah kepikiran untuk membeli AC, ada baiknya untuk mengetahui lebih jauh tentang seperti apasih cara kerja dari penyejuk ruangan yang banyak disukai orang-orang ini. AC atau air conditioner saat ini telah menjelma menjadi salah satu alat elektronik yang saat ini sudah lazim ditemukan di kebanyakan rumah. Alasannya pun cukup sederhana, yaitu sesuai dengan namanya, alat elektronik satu ini mampu menjadikan suhu yang panas di lingkungan menjadi suhu yang sejuk dan bahkan sangat dingin. AC sendiri, memiliki cara kerja yang memungkinkan untuk menyerap kelembaban yang tinggi di udara hangat musim panas, untuk kemudian diolah melalui alat tersebut sehingga menjadi dingin.
Baca Juga : Listrik Prabayar dan Pascabayar, Lebih Untung Mana?
Cara Kerja Air Conditioner (AC)
Kemudian, udara yang dingin tersebut disalurkan melalui pipa (yang juga dingin tentunya) untuk dikeluarkan. Lalu, seperti apa sih cara kerja AC yang jarang sekali kita ketahui? Begini penjelasannya. AC bekerja dengan cara mendinginkan udara ruangan dengan menggunakan prinsip fisika sederhana yang mana prinsip tersebut akan mengkonversikan cairan, menjadi udara secara alami dan akan menyebabkan penyerapan panas. Proses tersebut merupakan penjabaran dari fase konversi. Nantinya, AC memanfaatkan suatu campuran kimia, sehingga pendingin ruangan itu mampu menciptakan lingkungan tertutup dimana di dalamnya terjadi penguapan dan kondensasi secara berulang kali, sehingga menjadi ruangan yang lebih sejuk, hingga dingin daripada suhu yang ada di luar ruangan.
Campuran kimia yang dimaksudkan di atas, biasa disebut dengan refrigerants yang terdiri dari klorofluorkarbon (CFC), hidroklorofluorkarbon (HCFC), ataupun perfluorokarbon (FC). Senyawa-senyawa refrigerants ini mampu menciptakan fase konversi. Selain itu, AC juga memiliki kipas yang mampu mengalirkan udara panas sehingga berjalan melalui kumparan berisi refrigerants tersebut. Lalu, udara panas dialirkan oleh kipas sehingga memungkinkan untuk berjalan melalui kumparan evaporator yang berisi refrigerants. Senyawa refrigerants tersebut kemudian melakukan tugasnya dengan menyerap panas sebanyak-banyaknya sembari berubah wujud dari cairan menjadi gas.
Baca Juga : Pentingnya Merawat AC Buat Rumah Kamu!
Agar refrigerants ini mampu melakukan tugasnya kembali, AC harus dapat mengembalikan wujudnya dari gas kembali menjadi cairan. Hal ini dilakukan dengan cara menekan gas (kompresi) dengan tekanan yang sangat tinggi. Tekanan tinggi inilah, yang kemudian akan menyebabkan timbulnya suhu panas yang kemudian oleh kipas kedua dan kumparan kondensor dialirkan keluar ruangan. Siklus ini kemudian secara berulang-ulang terjadi selama AC bekerja. Kedua prinsip inilah yang mendasari cara kerja AC secara sederhana.
Saat ini, meskipun teknologi AC telah mengalami perkembangan yang sedemikian rupa, namun peneliti masih terus mencari cara lain untuk membuat AC menjadi alat yang semakin mutakhir. Kali ini, faktor utama yang banyak dijadikan oleh para peneliti untuk semakin mengembangkan AC ialah, untuk menciptakan AC yang ramah lingkungan serta minim penggunaan daya listrik alias hemat daya. Beberapa teknologi yang sedang dikembangkan peneliti misalnya off peak cooling system, geo-thermal cooling, hingga solar powered air conditioners. Sistem off peak cooling sendiri, dinilai banyak orang menjadi salah satu sistem yang cukup unik. Hal itu didasarkan karena para peneliti mengembangkan suatu sistem dimana selama jam-jam sore hingga malam hari, sistem tersebut “membuat” dingin menggunakan es untuk kemudian digunakan sebagai pendingin udara di waktu-waktu paling panas sepanjang hari.
Idenya adalah bahwa penggunaan energi paling banyak justru pada saat kebutuhan yang paling rendah. Sehingga berdampak pada murahnya pembiayaan listrik AC dengan menggunakan metode ini. Akan tetapi, sistem ini memiliki kekurangan, yakni membutuhkan uang yang banyak di awal-awal instalasi, serta butuh ruangan yang cukup besar. Lain halnya jika dibandingkan dengan geo-thermal cooling yang merupakan salah satu ide cemerlang, yang dikembangkan atas dasar energi panas bumi yang tidak terbatas. Ide energi tidak terbatas ini, mungkin merupakan hal yang sama yang dijadikan para peneliti sebagai dasar untuk mengembangkan solar powered air conditioners, yakni menggunakan energi dari matahari yang tidak terbatas sebagai sumber energi untuk mesin pendingin.
No Comments